OMA
Tn G datang ke Puskesmas Pucung dengan keluhan nyeri pada telinga tengah. Pada saat dikaji, pasien mengatakan sebelumnya sering mengorek telinganya. Nampak kemerahan pada telinga tengah, ekspresi wajah klien Nampak meringis, dengan nyeri sekala 7. Nyeri dirasakan saat kepala digerakkan. Keluhan dirasakan dua hari sebelum masuk RS sampai dengan tanggal pengkajian. Pada pemeriksaan telinga, didapatkan adanya kemerahan pada telinga tengah, Nampak cairan nanah keluar dari telinga tengah, respon klien pendengaran menurun, telinga terasa terasa tersumbat, nyeri daerah telinga, tidak mendengar gesekan tangan perawat jarak 10 cm, telinga terasa penuh, klien sering memegangi telinganya.
PENYELESAIAN SEVEN JUMP
Tahap 1. Identifikasi kata-kata sulit
· Amoxicillin : terapi infeksi
· Asam mefenamat : penghilang nyeri
· Toilet telinga H202 :
Tahap 2. Menetapkan masalah
· OMA
Tahap 3. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul
· Pengertian oma
· Tanda dan gejala
· Etiologi
· Pemeriksaan penunjang
· Patofisiologi
· Penatalaksanaan
· Rencana keperawatan
· Apakah oma bisa mengakibatkan tuli?
· Apakah oma bisa mengakibatkan infeksi yang menyebabkan meningitis ?
Tahap 4. Menganalisis masalah
Definisi.
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Yang paling sering terlihat ialah :
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Yang paling sering terlihat ialah :
1. Otitis media viral akut
2. Otitis media bakterial akut
3. Otitis media nekrotik akut
Gejala.
Gejala OMA tergantung dari stadiumnya dan umur pasien. Stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah yaitu:
a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius.
Terdapat gambaran retraksi membran tympaniakibat tekanan negatif dari telinga tengah bagian dalam. Kadang berwarna normal atau eruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi dan sukar dibedakan dengan Otitis Media Supurasi akibat virus atau alergi.
b. Stadium Hiperemis.
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran tympani atau seluruh membran tympani tampak hyperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga masih belum terlihat.
Gejala OMA tergantung dari stadiumnya dan umur pasien. Stadium OMA berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah yaitu:
a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius.
Terdapat gambaran retraksi membran tympaniakibat tekanan negatif dari telinga tengah bagian dalam. Kadang berwarna normal atau eruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi dan sukar dibedakan dengan Otitis Media Supurasi akibat virus atau alergi.
b. Stadium Hiperemis.
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran tympani atau seluruh membran tympani tampak hyperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga masih belum terlihat.
c. Stadium Supurasi.
Membran tympani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat purulen di kavum tympani. Pasien tampak kesakitan, nadi dan suhu meninkat,serta nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan berkurng, akan terjadi iskemia, trombophlebitis, dan nekrosis mukosa dan sub mukosa.
d. Stadium Perforasi.
Karena pemberian antibiotik yang terlambat, atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi ruptir membran tympani. Dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke talinga luar. Pasien yang semula gelisah mnjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
e. Stadium Resolusi.
Bila membran tympani masih utuh, maka akan normal kembali perlahan-lahan, tetapi apabila terjadi perforasi maka sekrt akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik maka akan terjadi resolusi tanpa pengobatan.
Pada anak, keluhan utamanya rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa didapatkan gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah: suhu tubuh tinggi (>38ºC), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang- kadang memegang telinganya yang sakit.
Membran tympani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat purulen di kavum tympani. Pasien tampak kesakitan, nadi dan suhu meninkat,serta nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan berkurng, akan terjadi iskemia, trombophlebitis, dan nekrosis mukosa dan sub mukosa.
d. Stadium Perforasi.
Karena pemberian antibiotik yang terlambat, atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi ruptir membran tympani. Dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke talinga luar. Pasien yang semula gelisah mnjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
e. Stadium Resolusi.
Bila membran tympani masih utuh, maka akan normal kembali perlahan-lahan, tetapi apabila terjadi perforasi maka sekrt akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik maka akan terjadi resolusi tanpa pengobatan.
Pada anak, keluhan utamanya rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa didapatkan gangguan pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah: suhu tubuh tinggi (>38ºC), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang- kadang memegang telinganya yang sakit.
Etiologi.
Bakteri piogenik seperti:
• Streptococcus Hemoliticus.
• Stapilococcus Aureus.
• Pneumokok.
• Hemofillus influenza.
• Eschericia Colli
• Streptococcus Unhemoliticus.
• P. vulgaris.
• P. aeruginosa.
Bakteri piogenik seperti:
• Streptococcus Hemoliticus.
• Stapilococcus Aureus.
• Pneumokok.
• Hemofillus influenza.
• Eschericia Colli
• Streptococcus Unhemoliticus.
• P. vulgaris.
• P. aeruginosa.
Patofisiologi.
OMA terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah, faktor penyebab utamanya adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan infeksi kuman terganggu. Pencetusnya ialah saluran nafas atas.
OMA terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah, faktor penyebab utamanya adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan infeksi kuman terganggu. Pencetusnya ialah saluran nafas atas.
Pemeriksaan Penunjang
a. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
b. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.
Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan tergantung dari stadium penyakitnya:
a) Stadium Oklusi Tuba Eustachius.
Terapi pada stadium ini ditujukan untuk membuka kembali tuba eusthacius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Terapinya:
• Obat tetews hidung HCl efedrin 0,5% untuk anak-anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1% untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa.
• Sumber infeksi lokal harus diobati
• Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.
b) Stadium Presupurasi.
• Diberikan antibiotik obat tetes hidung dan analgesik.
• Jika terdapat resistensi, diberikan kombinasi dengan sefalosporin.
• Untuk terapi awal diberikan penisilin secara IM.
• Antibiotik diberikan minimal untuk 7 hari.
• Pada anak diberikan ampicilin 4×50-100 mg/kg BB, amoksisilin 4×40 mg/kgBB/hari atu eritomisin 4×40 mg/kgBB/hari.
c) Stadiium Supurasi.
Selain antibiotik pasien dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran tympani masih utuh, sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
d) Stadium Perforasi.
Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat selama 3 mggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
e) Stadium Resolusi.
Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada, perforasi menutup. Bila tidak, antibiotikn dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap mungkin terjadi mastoiditis.
Penatalaksanaan tergantung dari stadium penyakitnya:
a) Stadium Oklusi Tuba Eustachius.
Terapi pada stadium ini ditujukan untuk membuka kembali tuba eusthacius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Terapinya:
• Obat tetews hidung HCl efedrin 0,5% untuk anak-anak <12 tahun, atau HCl efedrin 1% untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa.
• Sumber infeksi lokal harus diobati
• Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.
b) Stadium Presupurasi.
• Diberikan antibiotik obat tetes hidung dan analgesik.
• Jika terdapat resistensi, diberikan kombinasi dengan sefalosporin.
• Untuk terapi awal diberikan penisilin secara IM.
• Antibiotik diberikan minimal untuk 7 hari.
• Pada anak diberikan ampicilin 4×50-100 mg/kg BB, amoksisilin 4×40 mg/kgBB/hari atu eritomisin 4×40 mg/kgBB/hari.
c) Stadiium Supurasi.
Selain antibiotik pasien dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran tympani masih utuh, sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
d) Stadium Perforasi.
Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat selama 3 mggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
e) Stadium Resolusi.
Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada, perforasi menutup. Bila tidak, antibiotikn dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap mungkin terjadi mastoiditis.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang muncul saat pengkajian:
a. Sakit telinga/nyeri
b. Penurunan/ tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
c. Tinitus
d. Perasaan penuh pada telinga
e. Suara bergema dari suara sendiri
f. Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
g. Vertigo, pusing, gatal pada telinga
h. Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
i. Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
j. Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
k. Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
l. Reflek kejut
m. Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
n. Tipe warna 2 jumlah cairan
o. Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
p. Alergi Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
q. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi
r. Fokus Intervensi
1) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Intervensi:
(a) Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri.
(b) Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
(c) Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
(d) Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik
Evaluasi: nyeri hilang atau berkurang
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan
Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Intervensi:
(a) Kaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo ; untuk mengantisipasi perluasan lebih lanjut.
(b) Jaga kebersihan pada daerah liang telinga ; untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
(c) Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi) ; untuk menghindari transfer organisme dari tuba eustacius ke telinga tengah.
(d) Kolaborasi pemberian antibiotik
Evaluasi: infeksi tidak terjadi
3) Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori
Tujuan : tidak terjadi injury atau perlukaan
Intervensi:
(a) Pegangi anak atau dudukkan anak di pangkuan saat makan ; meminimalkan anak agar tidak jatuh
(b) Pasang restraint pada sisi tempat tidur ; meminimalkan agar anak tidak jatuh.
(c) Jaga anak saat beraktivitas ; meminimalkan agar anak tidak jatuh
(d) Tempatkan perabot teratur ; meminimalkan agar anak tidak terluka
Evaluasi : anak terhindar dari injury/perlukaan
Apakah oma bisa menyebabkan tuli?
Sering saat kita sedang flu atau radang tenggorokan, tiba-tiba saja telinga terasa nyeri dan pendengaran jadi berkurang. Memang seiring dengan sembuhnya penyakit yang mendasarinya, fungsi telinga akan membaik dengan sendirinya, tetapi kadang kala radang ini berkembang dan menyebabkan tuli permanent pada anda. Hal ini tentu tidak diinginkan apalagi radang telinga ini lebih beresiko terjadi pada anak kecil.
Radang telinga atau otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dan rongga mulut), antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Hampir 70 % anak-anak pernah mengalami radang telinga dan tidak sedikit yang mengalami gangguan pendengaran akibat penanganan yang terlambat.
Apakah oma bisa menyebabkan meningitis
Akut bakteri otitis media dapat menyebabkan rasa sakit yang mengarah ke tdk dpt tidur malam untuk anak-anak dan orang tua, dapat menyebabkan gendang telinga perforations, tidak semua yang menyembuhkan, dan dapat menyebar ke menyebabkan mastoiditis dan/atau meningitis, otak abses, dan bahkan kematian jika infeksi berat berjalan tidak diobati cukup lama. Demam tinggi dapat terjadi dan dapat menyebabkan kejang demam. Administrasi antibiotik yang sesuai mencegah sebagian besar komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.totalkesehatananda.com/otitismedia1.html
http://aqibpoenya.wordpress.com/askep-otitis-media-akut/